Friday, June 7, 2013

Membangun Karakter dengan Karate


140960_aburizal-bakrie-hadiri-pembukaan-kejurnas-karate-bakrie-cup-2012Untuk kesekian kali, saya kembali mengunjungi kampus Institut Teknologi Bandung, Jumat, 20 Januari 2012 lalu. Di kampus tempat saya kuliah itu, saya datang bukan untuk memberikan kualiah umum seperti yang saya lakukan sebelumnya, tapi untuk membuka Kejuaraan Nasional Karate “Bakrie Cup 2012”.
Pembukaan acara ini digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB. Acara Jumat siang itu, juga dihadiri Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman, Ketua PB FORKI Lumban Sianipar, Wakil Gubernur Jawa Barat yang juga dikenal sebagai karateka yang suka membintangi film action, Dede Yusuf.
Ini adalah kejuaraan karate nasional khusus untuk mahasiswa. Tercatat sebanyak 122 perguruan tinggi, dengan sekitar 553 mahasiswa mengikuti kejuaraan beladiri ini. Kejuaraan ini bernama “Bakrie Cup” karena Kelompok Usaha Bakrie (Bakrie Group) berpartisipasi di dalamnya. Ini juga merupakan rangkaian acara perayaan ulang tahun Group Bakrie ke-70, serta bentuk kepedulian Bakrie pada olahraga nasional, khususnya karate.
140957_aburizal-bakrie-hadiri-pembukaan-kejurnas-karate-bakrie-cup-2012Saya sendiri tidak asing dengan olahraga karate ini. Meski selama ini saya banyak dikenal dekat dengan olahraga tenis, namun sebenarnya sejak muda saya sangat lekat dengan karate. Sayakebetulan seorang karateka pemegang ban hitam. Saya mendalami olahraga ini sejak masih “kohai” alias siswa, sampai menjadi “sempai” atau pelatih.
Saya masih ingat, saat masih mahasiswa dulu, saya selalu membagi waktu dengan ketat setiap harinya. Untuk belajar, ibadah, jalan-jalan, dan tak lupa olahraga karate. Dulu saya latihan karate setiap pagi. Setiap subuh saya bangun lalu sholat. Nah setelah sholat, dengan udara segar di pagi hari inilah saya latihan karate.
Sambil kuliah, saya terus aktif menekuni dan mengembangkan olahraga karate. Khususnya di kalangan mahasiswa, saya  merupakan salah satu perintis olahraga karate di kampus ITB. Saya bersyukur dan gembira, unit karate ITB sampai saat ini masih tetap berdiri dan masih aktif melakukan kegiatan.
Karena itu, saya setuju dan mendukung penuh kompetisi karate yang digelar khusus untuk mahasiswa ini. Sebab dengan kompetisi mereka akan lebih bersemangat menekuni olahraga ini. Dengan kompetisi yang akan dilaksanakan secara berkesinambungan, juga akan bisa menjadi sarana bagi para mahasiswa untuk mengukur prestasi.
140958_aburizal-bakrie-hadiri-pembukaan-kejurnas-karate-bakrie-cup-2012Dari sini juga bisa dijaring bibit atlit-atlit nasional. Mahasiswa merupakan salah satu sumber bibit atlit yang layak diperhitungkan. Banyak sekali mahasiswa yang kemudian tumbuh jadi atlit berbakat dan berprestasi baik di tingkat nasional maupun dunia.
Di ajang SEA Games, karate juga menyumbang medali emas untuk Indonesia. Tercatat ada 10 medali emas disumbangkan cabang ini. Jika pembinaan olahraga ini terus dilakukan, maka bukan mustahil sumbangannya akan lebih banyak lagi. Pembinaan generasi muda seperti mahasiswa dan diadakan banyak turnamen itu salah satu kuncinya. Karena itu “Bakrie Cup” hadir.
Saya merasakan sendiri bahwa olahraga beladiri karate ini memiliki manfaat yang sangat besar, terutama untuk anak muda seperti para mahasiswa. Karate tidak saja menyehatkan badan, tapi juga membangun jiwa kompetitif dan sportifitas. Lebih dari itu, dia juga dapat menjadi sarana pembangunan karakter seseorang.
Dalam karate ada banyak filosofi yang bertujuan membangun karakter. Misalnya saja ada “rei” yang mengajarkan sikap saling menghormati, ada “muga” atau berkonsentrasi penuh, dan “shubaku” atau senantiasa berhati lembut. Selain itu, ada juga “tai no sen” yang mengajarkan karateka untuk selalu memiliki inisiatif, “keiko” yang mengajarkan untuk selalu rajin, dan sebagainya. Semua ini harus dilakukan untuk mencapai “do” atau jalan yang sebenarnya.
Dalam pencapaian “do” inilah, karakter karateka akan terbentuk dengan menjalankan berbagai ajaran tersebut. Seperti beladiri yang lainnya, dalam karate latihan jasmani dan rohani berjalan seimbang. Pembangunan karakter ini adalah hal terpenting dalam karate. Oleh karena itu tema “Karate Membangun Karakter” di kejuaraan ini sangat tepat.
Itu semua cocok dengan kondisi sekarang, di mana banyak kita saksikan kabar mahasiswa terlibat perkelahian dan tawuran di kampus. Coba mereka diarahkan ke olahraga beladiri ini, agresivitas mereka akan bisa diredam dan disalurkan ke hal yang positif, karakter mereka terbentuk, dan bahkan bisa berprestasi. 140962_aburizal-bakrie-hadiri-pembukaan-kejurnas-karate-bakrie-cup-2012
Karena sebenarnya karate ini dapat membentuk manusia Indonesia yang rendah hati, tetapi punya isi. Tangguh, teguh, dan konsisten dengan sikapnya. Karate juga membentuk jiwa kompetitif untuk meraih kemenangan. Namun di sisi lain juga menanamkan sikap sportif yang bisa menerima kekalahan. Saya akui, banyak karakter saya dalam kehidupan dan memimpin organisasi terbentuk oleh karate, terutama soal disiplin, tegas, berani, konsisten bersikap, kompetitif, dan lain sebagainya.
Para mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Merekalah yang kelak akan menjadi para pemimpin bangsa ini. Karena itu, karakter mereka harus dibentuk dengan baik. Karate akan membentuk karakter yang berani, pekerja keras, disiplin, kompetitif, sportif, namun tetap rendah hati. Ini adalah karakter yang sangat dibutuhkan untuk menjadi pemimpin.
Dalam kompetisi karate, menang atau kalah bukanlah tujuan utamanya, tapi pembangunan good character penting di sini. Karena itu, saya sangat berharap ajang Kejuaraan Karate Bakrie Cup 2012 yang bertema “Karate Membangun Karakter”, bisa mewujudkan hal itu

Teknik Gerakan Dasar Karate

Teknik gerakan dasar karate. 
Gerakan dasar yang berkembang di Indonesia dalam aliran karate Sotokan yang masuk dalam organisasi bernama INKAI. Berikut teknik dasar karate yang wajib kita ketahui sebagai seorang karateka sejati.
Teknik Dasar Karate
Teknik Dasar Karate
A. Kihon, kihon adalah teknik dasar yang didalamnya terdiri dari teknik dasar macam - macam pukulan, tangkisan, dan tendangan.
  • Daichi (kuda-kuda)
  1. Kiba dachi, adalah kuda-kuda sejajar dan kedua kaki dibuka selebar dua bahu, dengan posisi kedua lutut ditekuk (rendah).
  2. Zenkutsu Dachi, adalah posisi kaki depan belakang (posisi kedua kaki tidak satu garis) lutut depan ditekuk dan kekuatan tertumpu pada kaki depan sedangkan kaki belakang tetap merupakan garis lurus dari pangkal paha sampai tumit.
  3. Kokustu Dashi, adalah kebalikan dari Zenkutsu Dashi, kaki juga depan belakang tapi posisi kedua kaki satu garis dan kaki belakang di tekuk sedangkan kaki depan tetap merupakan garis lurus dari pangkal paha sampai tumit (kekuatan tertumpu pada kaki belakang).
  • Tsuki (pukulan)
  1. Tsudan Tsuki, adalah pukulan ke depan dengan sasaran ulu hati.
  2. Jodan Tsuki, adalah pukulan ke depan dengan sasaran dagu / kepala.
  • Uke (tangkisan)
  1. Age Uki, adalah tangkisan atas, yang merupakan tangkisan untuk melindungi serangan yang mengarah ke sasaran dagu / kepala.
  2. Soto Uki, adalah tangkisan untuk melindungi diri dari serangan pukulan / tendangan yang mengarah bodi atau bagian tengah / dada.
  3. Gedan Uki, adalah tangkisan untuk melindungi serangan pukulan atau tendangan yang mengarah pada bagian bawah dan tengah.
  4. Uci Uki, adalah tangkisan untuk melindungi serangan yang mengarah ke dada/muka, gerakan ini hampir sama dengan Soto Uki cuma bedanya kalau Soto Uki dari luar di tangkis ke dalam sedangkan Uci Uki dari dalam di tangkis ke luar.
  • Geri (tendangan)
  1. Mae Geri, adalah tendangan lurusn ke depan dengan menggunakan ujung telapak kaki (seperti tombak).
  2. Yogo Geri, adalah tendangan ke samping, tengah ke samping di bagi dua;
    • Yogo Geri kekomi, adalah tendangan kesamping yang sifatnya menyodok dengan sasaran tulang rusuk dalam.
    • Yogo Geri Keage, adalah tendangan kesamping yang bentuk tekhnisnya mengipas, dan tendangan ini juga dapat digunakan sebagai tangkisan dimana arahnya tidak pada sasaran tetapi merupakan garis lengkung dari sumber ke sasaran.
B. Kata, kata adalah kombinasi dari beberapa pukulan, tangkisan dan tendangan. Kalau di pencak silat dikenal dengan jurus, misal: Jurus Bangau Garuda. begitu juga dengan karate juga mempunyai nama kata yang bermacam-macam. Artikel mengenai kata dapat anda baca di Gerakan Kata dalam Karate.
C. Kumite, adalah pertarungan atu pertandingan. Atau lebih gampangnya adalah aplikasi dari kata.
Untuk murid tingkat lanjut yang sudah menjalani beberapa tingkatan tertentu juga diajarkan untuk menggunakan senjata seperti tongkat (bo) dan ruyung (nunchaku). Semoga bermanfaat :)

SEJARAH KARATE INDONESIA

 Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Karianto Djojonegoro, Mochtar Ruskan dan Ottoman Noh mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan Persatuan Olahraga Karate Indonesia (PORKI) yang diresmikan tanggal 10 Maret 1964 di Jakarta.
Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia. Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967).
Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 hasil Kongres ke IV PORKI, terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Sejak FORKI berdiri sampai dengan saat ini kepengurusan di tingkat Pusat yang dikenal dengan nama Pengurus Besar/PB. telah dipimpin oleh 6 orang Ketua Umum dan periodisasi kepengurusannyapun mengalama 3 kali perobahan masa periodisasi yaitu ; periode 5 tahun (ditetapkan pada Kongres tahun 1972 untuk kepengurusan periode tahun 1972 – 1977) periodisasi 3 tahun (ditetapkan pada kongres tahun 1997 untuk kepengurusan periode tahun 1997 – 1980) dan periodisasi 4 tahun ( Berlaku sejak kongres tahun 1980 sampai sekarang).
Adapun mereka-mereka yang pernah menjadi Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal (Umum) FORKI sejak tahun 1972 adalah sbb :
Periode/Masa Bakti Ketua Umum Sekretaris Jenderal/Umum Keterangan
1972 – 1977 Widjojo Suyono Otoman Nuh Kongres IV PORKI/FORKI 1972 di Jakarta
1977 – 1980 S u m a d i Rustam Ibrahim Kongres V FORKI 1977 di Jakarta
1980 – 1984 Subhan Djajaatmadja G.A. Pesik Kongres VI FORKI 1980 di Jakarta
1984 – 1988 R u d i n i Adam Saleh Kongres VII FORKI 1984 di Bandar Lampung
1988 – 1992 R u d i n i G.A. Pesik Kongres VIII FORKI 1988 di Jakarta
1992 – 1996 R u d i n i G.A. Pesik Kongres IX 1992 di Jakarta (Diperpanjang sd 1997)
1997 – 2001 W i r a n t o Drs. Hendardji -S,SH. Kongres X FORKI 1997 di Caringin Bogor Jawa Barat
2001 – 2005 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Konres XI FORKI 2001 di Jakarta
2005 – 2009 Luhut B. Pandjaitan, MPA. Drs. Hendardji -S,SH. Kongres XII FORKI 2005 di Jakarta
PERGURUAN KARATE ANGGOTA FORKI
1. AMURA
2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12. KALA HITAM
13. KANDAGA PRANA
14. KEI SHIN KAN
15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19. PERKAINDO
20. PORBIKAWA
21. PORDIBYA
22. SHINDOKA
23. SHI ROI TE
24. TAKO INDONESIA
25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)
PB. FORKI beberapa kali mendapat kepercayaan menyelenggarakan even Internasional diantaranya :
1. Menjadi tuan rumah APUKO II tahun 1976 dilaksanakan di Jakarta.
2. Menjadi tuan rumah APUKO VII tahun 1987 dilaksanakan di Jakarta.
3. Menjadi tuan rumah APUKO Junior tahun 1991 dilaksanakan di Jakarta.
Disamping even-even tersebut PB. FORKI dipercayakan juga oleh KONI Pusat sebagai penyelenggara pertandingan karate pada even Sea Games dimana Indonesia menjadi tuan rumah yaitu masing-masing :
1. Sea Games XIV tahun 1987 di Jakarta.
2. Sea Games XIX tahun 1997 di Jakarta.
PB. FORKI pernah menggelar even Internasional diluar agenda resmi dari WKF dan AKF sebagai inisiatif sendiri dari PB. FORKI yaitu “ Indonesia Open Karate Tournamen “ yang dilaksanakan di Jakarta tahun 2002.